Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kembali Rupiah Jatuh ke 13.943 per Dolar AS

mohhammadnoer.com - Nilai tukar rupiah terus tertekan hingga mendekati level 14.000 per dolar Amerika Serikat (AS). Sentimen utama pendorong pelemahan rupiah adalah faktor eksternal yaitu devaluasi Yuan dan juga rencana kenaikan suku bunga Bank Sentral AS (The Fed).

Berdasarkan data Bloomberg, Jumat (21/8/2015), nilai tukar rupiah dibuka di level 13.893 per dolar AS. angka pembukaan tersebut melemah jika dibandingkan dengan penutupan sehari sebelumnya yang berada di level 13.885 per dolar AS.

Sepanjang perdagangan dari pagi hingga siang ini, rupiah sempat berada di level 13.943 per dolar AS, tinggal sejengkal lagi menembus level 14.000 per dolar AS.
Saat ini rupiah bergerak antara 13.882 per dolar AS hingga 13.950 per dolar AS.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia, pada 21 Agustus 2015 ini rupiah berada di level 13.895 per dolar AS. Level tersebut melemah jika dibandingkan dengan periode sehari sebelumnya yang berada di level 13.838.

Sepanjang Agustus ini, berdasarkan data JISDOR BI, nilai tukar rupiah telah melemah 2,98 persen.

Ekonom Purbaya Yudhi Sadewa menjelaskan, pelemahan rupiah memang sudah terlalu dalam dan tidak mencerminkan faktor fundamental. Sepanjang 2015 ini ekonomi nasional tumbuh cukup bagus jika dibandingkan dengan beberapa negara lain.

"Pertumbuhan kita masih di 4,7 persen, jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan beberapa negara lain di Asia," tuturnya.

Menurutnya, dengan pertumbuhan ekonomi yang masih cukup bagus seharusnya rupiah tidak berada di level 13.000 per dolar AS.

Namun, karena sentimen dari eksternal cukup tinggi, maka rupiah mau tidak mau harus ikut terjun bebas. Purbaya mengatakan, pelemahan rupiah terjadi karena otoritas meneter China mendevaluasi Yuan yang diperkirakan akan memicu perang mata uang.

Tanda-tanda perang mata uang tersebut sudah terlihat dengan langkah devaluasi yang dilakukan oleh Vietnam dan kemungkinan akan dijalankan oleh negara-negara lain.

Selain itu, pelemahan rupiah juga disebabkan karena rencana lama dari Bank Sentral Amerika (The Fed) yang akan menaikkan suku bunga. Sebenarnya rencana tersebut sudah diukemukakan sejak akhir tahun lalu. Namun karena waktu pelaksanaannya belum jelas, maka sebagian besar dana-dana yang ada di dalam negeri keluar (capital outflow) sehingga menekan rupiah.

Pernyataan dari Purbaya tersebut hampir sama dengan yang diungkapkan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution. Menurutnya, nilai tukar rupiah melemah merupakan dampak psikologis pasar karena devaluasi mata uang China Yuan. Kondisi tersebut diperparah oleh kondisi politik di Malaysia.

"Sebetulnya situasi kita memang terus terang bukannya ada dana segar luar masuk, malah cenderung keluar. Tekanan itu ditambah psikologi pasar karena persoalan devaluasi Yuan. Kemudian Malaysia ada soal politik itu membuat tekanan tinggi," kata dia.

Maka dari itu, Darmin mengatakan keputusan investasi mesti dilakukan secara cepat untuk meningkatkan nilai tukar rupiah. Seperti pemerintah hari ini akhirnya memutuskan untuk membagi dua proyek Light Rail Transit (LRT) yang selama ini tak menemui titik temu.

"Dalam situasi tak ada pasokan dolar masuk dari luar, maka memang rupiah melemah. Itu sebabnya putusan investasi seperti ini penting untuk cepet buka pintu masuk dolar," ujar Darmin.



By Arthur Gideon

Posting Komentar untuk "Kembali Rupiah Jatuh ke 13.943 per Dolar AS"