Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Aku Terpaksa Meninggalkannya

mohhammadnoer.com - Tak pernah terbersit dalam hatiku akan menjalani dua pernikahan atau poligami. Ternyata jalan hidup berkehendak lain. Aku kembali jatuh cinta setelah memiliki seorang istri dan dua orang buah hati.

Lebih kurang sembilan tahun menjalani bahtera rumahtangga bersama Neng (bukan nama sebenarnya), istri pertamaku, aku berkenalan dengan wanita lain. Sebut saja namanya Mer. Dia masih berusia 28 tahun.

Neng sebenarnya adalah sosok perempuan yang bertanggung jawab terhadap apapun. Terlebih kepada keluarga, terutama pada diriku dan anak-anak. Kenapa bisa aku bilang begitu, karena selama sembilan tahun berumahtangga, kami hampir tak pernah menemukan permasalahan yang berarti.

Kesejahteraan anak-anak pun terpenuhi berkat ketekunan dan ketelatenan Neng dalam megurus keperluan mereka. Pada prinsipnya aku tak megalami masalah apapun dengan Neng.

Entah kenapa, ketika aku bertemu Mer perasaan suka dan cinta yang teramat dalam timbul di hati. Dia adalah seorang mahasiswi di salah satu perguruan tinggi. Mungkin karena sering bertemu dan berkomunikasi, akhirnya timbul benih cinta di hati kami.

Sebagai seorang laki-laki yang telah memiliki istri, timbulnya perasaan ini tentu saja membuat aku cemas. Di satu sisi aku memang tak mungkin mengakhiri pernikahanku dengan Neng, di sisi lain aku juga punya keinginan kuat untuk menjalin hubungan yang serius dengan Mer. Terlebih dia juga membalas apa yang aku inginkan dan bersedia menjadi istri kedua. Aku sendiri tak tahu ada motifasi apa di balik kesediaannya itu.

Setalah mendapatkan waktu yang tepat, aku mengutarakan keinginanku untuk menikah lagi. Dan seperti yang sudah aku duga, Neng dengan wajahnya yang kalut menolak keinginanku. Ia hanya memberi pilihan, menikahi Mer setelah menceraikannya terlebih dahulu, atau mempertahankan pernikahan ini dan meninggalkan Mer. Tapi aku ngotot tak akan menceraikanya dan tetap pada pendirianku untuk menikah lagi.

Hubunganku dengan Mer semakin dekat dan serius. Pertemuan-pertemuan semakin sering kami lakukan, baik atas sepengetahuan Neng maupun tidak. Dan itu membuat Neng semakin menampakan kemarahannya.

Hampir setiap hari aku dan Neng bertengkar. Untunglah di tengah pertengkaran tersebut dia tak melupakan kewajibannya dalam mengurus anak-anak.

Selama hampir tiga bulan kami mengalami pertengkaran dan pada puncaknya aku harus memulangkan Neng ke rumah orangtuanya. Namun demikian, perceraian tak pernah aku lakukan.

Tiga bulan setelah itu, Neng kembali menghubungi aku dan memberitakan kabar yang mengejutkan. Ia mengabulkan keinginanku dengan syarat aku bisa bertindak adil dalam segi apapun dan pembagian pendapatan yang lebih besar dengan alasan ia sudah memiliki dua orang anak.

Dengan dua kali pertemuan dengan Neng, akhirnya kami mendapatkan kata sepakat. Lalu aku menikah dengan Mer. Pada mulanya Mer memang sepakat dengan apa yang telah kami tetapkan bertiga bahwa ia hanya mendapatkan 40 persen dari pendapatanku, selebihnya menjadi hak Neng.

Aku menjalani dua pernikahanku dengan tenang dan damai. Pada bulan ketujuh, masalah mulai datang. Mer mulai menuntut pembagian jatah yang sama dengan Neng. Dan aku berusaha memenuhi tuntutan tersebut.

Lama-kelamaan Mer malah menuntut aku untuk menceraikan Neng. Tentu saja permintaan itu tak bisa aku penuhi. Selain akan bermasalah terhadap anak-anak, aku juga tak ingin menghianati Neng.

Lambat laun persoalan semakin meruncing, karena Neng mengutarakan tuntutan yang sama dengan Mer yang dianggapnya sebagai perempuan yang tahu berterima kasih.

Tak jarang pertengkaran akhirnya melibatkan mereka berdua. Neng menuduh Mer sebagai perampas istri orang. Sedangkan Mer menuduh Neng tak bisa membahagiakan suami sehingga aku berniat menikah lagi.

Keadaan itu akhirnya membuat aku pusing tujuh keliling. Di satu sisi aku tak pernah ingin menceraikan keduanya. Di sisi lain, dua pernikahan itu membuat aku menjadi orang yang serba salah dan akhirnya membuat aku stress.

Kekesalanku akhir mencapai puncaknya. Aku lantas meninggalkan mereka berdua tanpa menceraikannya. Sampai saat ini aku tak tahu apa yang terjadi dengan mereka, karena aku berada jauh dari tempat tinggal keduanya.

Walau hidup berpisah, aku masih mengirimkan pendapatanku kepada mereka. Aku berharap dengan kepergianku ini mereka menyadari bahwa sesungguhnya aku menyayangi mereka berdua dan suatu saat akan kembali lagi. 


*** Punya cerita tentang kisahmu atau temanmu, mari berbagi disini sebagai inspirasi bagi pembaca, kirimkan ke mohhammadnoer@gmail.com***

Posting Komentar untuk "Aku Terpaksa Meninggalkannya"